Post by wibowo on Apr 24, 2011 0:41:12 GMT 7
Banyak orang tampaknya membandingkan menara BTS GSM dengan menara pemancar radio FM/AM,
yang hampir terdapat di setiap kota. Satu stasiun radio FM yang memancar, katakan, pada gelombang
102.3 MHz memang dapat diakses oleh seluruh kota rata-rata hanya dengan menggunakan satu menara
pemancar saja. ;D
Sinyal radio yang dipancarkan oleh radio FM ini adalah sinyal radio broadcast dengan komunikasi satu
arah, atau dikenal sebagai komunikasi simpleks:
“memancar satu arah dari menara radio ke radio penerima di rumah-rumah penduduk”
Radio penerima di rumah-rumah penduduk tidak bisa berkomunikasi dengan menara pemancar radio.
Dengan komunikasi simpleks (broadcast) seperti ini memang tidak diperlukan banyak pemancar dalam
satu kota. Yang dibutuhkan hanya daya pancar dengan sinyal yang bisa menembus sudut-sudut kota.
Sampai di sini masih ada kesamaan, bahkan standar GSM menyatakan bahwa pemancar radio GSM,
menara-menara BTS, harus bisa memancarkan sinyal sejauh 35 km; Inilah jarak maksimum coverage
yang bisa dicapai oleh 1 BTS GSM, jauh dari cukup untuk meng-cover satu kota. Hanya dengan satu
BTS ini saja seluruh kota bisa menerima sinyal dari satu operator tertentu.
Bedanya, sistem komunikasi radio GSM adalah dupleks penuh (full duplex):
“ komunikasi dua arah. BTS memancarkan sinyal broadcast, seperti stasiun radio FM, ke handphonehandphone
pelanggan. Sebaliknya handphone-handphone pelanggan juga bisa memancarkan sinyal
yang bisa dan harus diterima oleh BTS-BTS”
Baik BTS maupun handphone pelanggan memancar dengan kanal frekuensi yang terpisah sehingga
tidak terjadi delay atau interferensi. Kanal frekuensi yang dipakai oleh BTS untuk berkomunikasi dengan
handphone-handphone pelanggan dikenal dengan kanal fekuensi downlink sedangkan kanal frekuensi
yang dipakai oleh handphone untuk berkomunikasi dengan BTS disebut sebagai kanal frekuensi uplink.
Mengapa handphone pelanggan perlu berkomunikasi dengan BTS? Ingat, handphone dibuat bukan
hanya melihat apakah ada sinyal atau coverage saja, tetapi untuk tujuan utama yakni melakukan
percakapan.
Untuk memulai percakapan, handphone pelanggan harus meminta akses kepada BTS, yang selanjutnya
akan di-follow-up oleh BTS dengan menyediakan satu jalur khusus percakapan buat pelanggan yang
meminta akses percakapan tadi. Dengan teknologi analog, laiknya radio FM, satu kanal frekuensi hanya
bisa melayani satu akses/layanan saja.
Ada tiga akses/layanan yang berbeda:
1.broadcast (dari BTS ke handphone),
2.booking-an handphone ke BTS supaya disediakan akses kanal percakapan dan
3.akses kanal percakapan buat handphone yang disediakan oleh BTS setelah handphone melakukan
bookingan akses.
Dengan cara konvensional (analog), seharusnya ada 3 frekuensi yang harus dipancarkan untuk
mengakomodasi ke-3 bentuk layanan ini. Untungnya, dengan teknologi GSM (digital) satu kanal frekuensi
bisa dibagi lagi hingga 8 sub kanal, yang disebut time slot (TS). Pada contoh di atas, masih terdapat 5
sub kanal sisa yang dapat digunakan oleh 5 pelanggan lain untuk melakukan percakapan.
Kesimpulan:
Satu BTS, dengan satu unit radio TRX -satu kanal frekuensi dupleks-, akan menyediakan 8 time slot
untuk:
1. menyediakan sinyal coverage (1 TS),
2. mem-booking akses percakapan (1 TS) dan
3. menyediakan kanal percakapan (6 TS).
Note: BTS pada umumnya menggunakan konfigurasi 4×4x4, maka tiap sector di isi dengan 4 TRX ,
perhitungan bisa dilihat pada posting Perhitungan Kapasitas Sistem pada BTS
Kita bisa berasumsi bahwa maksimal hanya 6 pelanggan bisa melakukan percakapan secara bersamaan
dalam satu BTS (dengan satu sektor, satu TRX). Apabila satu kota tertentu hanya memiliki 1 BTS (3
sektor, 3 TRX), maka semua handphone di kota tersebut bisa mendapat sinyal tapi hanya maksimum 18
(6×3) pelanggan yang bisa melakukan percakapan dalam waktu yang bersamaan. Pelanggan berikut
yang ingin melakukan percakapan harus menunggu salah satu dari ke-18 ini selesai. Sangat jauh dari
cukup. Ini bisa dialami ketika mendadak di suatu tempat ada kejadian luar biasa yang menyebabkan
terkumpulnya sejumlah besar orang, misalnya ledakan bom, sehingga orang-orang ingin melakukan
panggilan secara bersamaan.
Jelas, akan sulit sekali melakukan maupun menerima panggilan telpon karena tidak seimbangnya jumlah
pelanggan dengan kapasitas yang bisa ditawarkan oleh 1 BTS (hanya 18 orang dalam waktu bersamaan).
Agar lebih banyak pelanggan yang bisa dilayani, otomatis harus lebih banyak BTS yang harus dibangun,
karena pelanggan bukan hanya ingin di tengah kota melihat ada coverage GSM saja tapi juga ingin
melakukan panggilan telepon.
Kebutuhan melakukan panggilan ini (dari handphone ke BTS) atau sebaliknya menerima panggilan (dari
BTS ke handphone) itulah yang membatasi kapasitas sehingga harus dibangun lebih banyak lagi BTS.
Jelas, semakin banyak jumlah pelanggan sebuah operator, maka akan semakin banyak pula jumlah BTS
yang harus dibangun. Komponen BTS dan Kapasitas Trafik Operator tidak membangun 1 BTS hanya
dengan 1 unit radio (TRX) pada BTS tersebut. Karena kapasitas berbanding lurus dengan jumlah TRX
yang tersedia maka, jika memungkinkan, operator akan menempatkan sebanyak-banyaknya TRX
(tergantung alokasi frekuensi operator) di BTS tersebut, sehingga akan melayani sebanyak mungkin
pelanggan. Ini cara yang pertama. Strategi berikutnya adalah dengan membuat sektorisasi BTS,
umumnya 3 sektor.
Masing-masing sektor akan ditempatkan dengan jumlah maksimum TRX. Dengan sektorisasi semacam
ini, cakupan coverage per sektor memang akan mengecil, terbatas pada sektor tersebut, tapi coveragenya
akan tetap sama, secara keseluruhan, jika ke-3 sektor digabung. Dengan sektorisasi, kapasitas trafik
yang bisa diakomodasi 1 BTS kini jauh bertambah karena ada jauh lebih banyak TRX yang bisa dipasang
namun ada yang dirugikan, jika sampai ada coverage yang hilang karena sektorisasi ini, meskipun
kapasitas trafik bertambah banyak. Bagaimana caranya melakukan sektorisasi sehingga tidak ada
coverage yang hilang (blank spot)?
Agar semua area di sekitar BTS bisa menerima coverage maka antena yang memancar harus sanggup
memancar 360 derajat, yaitu ke segala arah. Antena jenis ini disebut sebagai antena omni. Antena omni
dipasang pada BTS yang tidak membutuhkan sektorisasi. Untuk BTS dengan sektorisasi, derajat pancar
antena (horizontal beamwidth, HBW) harus diatur sehingga total jumlah derajat pancar dari setiap antena
sektor pada BTS itu paling kurang 360 derajat.
Jumlah maksimum TRX yang bisa terpasang pada setiap TRX tergantung alokasi frekuensi yang dimiliki
oleh operator. Perencanaan harus dilakukan sehingga frequency reuse dari TRX-TRX ini masih
menjamin kualitas minimum sinyal (co-channel dan adjacent channel interference) yang disyaratkan.
Operator dengan 37 kanal frekuensi, misalnya, paling tidak harus memberikan batas maksimum 4 TRX
pada setiap sektor atau total 12 TRX per BTS sehingga jaminan kualitas ini dapat dicapai. Trafik dan
Grade of Service (GOS) Ketika sejumlah pelanggan menduduki kanal trafik selama waktu tertentu maka
perhitungan trafik yang berlangsung karena percakapan ini dapat diukur. Satuan untuk mengukur trafik
percakapan disebut Erlang.
1 Erlang adalah jumlah trafik yang berlangsung ketika 1 pelanggan menduduki 1 kanal percakapan
selama 1 kurun waktu rujukan (detik, menit atau jam). Jika waktu rujukan adalah menit maka 1 Erlang
adalah ketika 1 pelanggan menduduki satu kanal percakapan (1 TS) selama 1 menit. Demikian juga, jika
waktu rujukan adalah jam maka 1 Erlang adalah ketika 1 pelanggan menduduki satu kanal percakapan (1
TS) selama 1 jam. Tapi biasanya yang dijadikan rujukan adalah trafik per jam. Perhitungan sederhananya
adalah sebagai berikut: katakanlah ada 50 pelanggan yang melakukan panggilan, dengan rata-rata
panggilan 5 menit pada satu BTS. Berapa Erlang-kah (per jam) trafik pada BTS tersebut? Kalikan 50
percakapan dengan 5 menit kemudian dibagi 60 (1 jam = 60 menit) hasilnya adalah 50*5/60 = 4.17
Erlang. Bisa disimpulkan pada BTS tersebut ada 4.17 pelanggan yang melakukan percakapan terus
menerus selama sejam. Perhatikan, memang ada 50 pelanggan yang melakukan percakapan tapi ratarata
percakapan hanya 5 menit padahal waktu rujukan kita adalah per jam. Sebelum membangun BTS di
suatu area tertentu, operator akan melakukan survey terhadap jumlah potensial pelanggan, sehingga
bisa dengan akurat memasang jumlah TRX pada masing-masing sektor BTS. Kenapa tidak saja
dipasang TRX sebanyak-banyaknya sekaligus? TRX yang berlebihan adalah pemborosan sumber daya,
baik CAPEX maupun OPEX.
Sebaliknya juga, operator tidak menginginkan TRX yang terpasang tidak mampu mengakomodasi jumlah
potensial pelanggan di suatu area tertentu. Bagaimana operator bisa seimbang dalam mengalokasikan
jumlah TRX? Prinsipnya, operator ingin memaksimalkan potensi kapasitas TRX yang dipasangnya. TRXTRX
lain dalam sektor BTS, masing-masing 8 TS, yang sepenuhnya dialokasikan untuk kanal
percakapan pelanggan bisa menampung 8 percakapan sekaligus. Ini potensi maksimal yang dimilikinya.
Kenyataannya TRX yang ada tidak setiap saat terisi penuh. Pada jam-jam tertentu kanal-kanal trafik lebih
banyak kosong, tetapi sebaliknya pula pada jam-jam tertentu jumlah pelanggan yang ingin mengakses
kanal trafik itu jauh lebih banyak dari kapasitas yang ditawarkan sehingga terjadi blocking. Selain itu,
pelanggan memulai dan mengakhiri percakapan tidak selalu bersamaan. Operator tidak hanya
memastikan berapa kapasitas TRX yang dibutuhkan pada keadaan trafik normal tetapi juga cukup
fleksibel untuk mengakomodasi lonjakan trafik pada jam-jam sibuk.
Untuk melakukan itu ada konsep yang dikenal sebagai Grade of Service (GOS) atau kelas layanan. GOS
menentukan berapa banyak potensial trafik pelanggan yang tidak bisa diakomodasi per seratus
pelanggan. Jika dikatakan GOS-nya adalah 2 % berarti akan ada 2 pelanggan yang ditolak pada setiap
100 panggilan selama 1 rujukan waktu.
Sekarang, contoh hitung-hitungan: berapa banyak jumlah TRX trafik (TCH) yang harus disediakan oleh
operator jika terdapat pontensi trafik 100 Erlang dengan GOS 5 %? Traffik 100 Erlang berarti akan ada
100 pelanggan yang menduduki kanal trafik (TS) di TRX TCH terus menerus selama sejam penuh, dan
akan ada 5 pelanggan potensial yang tidak bisa menduduki kanal trafik. Menghitungnya dapat memakai
rumus Erlang B yang sudah disediakan dalam bentuk tabel atau kalkulator Erlang B (ribet dengan rumus
manual). Pada contoh kita di atas, inputan datanya adalah 100 Erlang dan GOS 5 %: dengan
menggunakan tabel/kalkulator Erlang B, hasilnya operator harus menyediakan sebanyak 105 TS atau
kurang lebih 14 TRX TCH (105/8) untuk kebutuhan trafik ini (dengan asumsi menggunakan full rate). Jika
jumlah potensial pelanggan bertambah di atas 100 Erlang maka TRX harus ditambah, jika tidak akan
terjadi banyak blocking, khususnya pada jam-jam sibuk. Gambar 3: Erlang B Calculator. (Sumber:
http://www.erlang.com) Inilah alasan operator harus membangun lebih banyak BTS yakni untuk
mengakomodasi lebih banyak pelanggan, dan tentu saja meningkatkan revenue-nya. Logical Channel
Pada TRX GSM Tidak semua TS dalam TRX dapat digunakan sebagai kanal trafik percakapan
pelanggan (TCH). Ada TS yang harus dialokasikan sesuai dengan tugas masing-masing logical channel.
Logical channel TCH tentu saja berfungsi sebagai kanal untuk pelanggan melakukan percakapan. Melalui
logical channel ini operator mendapatkan revenue voice-nya. Selain itu, ada 2 logical channel lain yang
disebutkan sebelumnya dengan fungsinya:
1. Logical channel yang akan dipakai oleh BTS untuk menyediakan sinyal -logical channel ini disebut
sebagai Broadcast Control Channel atau BCCH-;
2. Logical channel yang akan dipakai oleh handphone untuk mendapatkan akses percakapan ke BTS –
logical channel ini disebut Random Access Channel atau (RACH).
yang hampir terdapat di setiap kota. Satu stasiun radio FM yang memancar, katakan, pada gelombang
102.3 MHz memang dapat diakses oleh seluruh kota rata-rata hanya dengan menggunakan satu menara
pemancar saja. ;D
Sinyal radio yang dipancarkan oleh radio FM ini adalah sinyal radio broadcast dengan komunikasi satu
arah, atau dikenal sebagai komunikasi simpleks:
“memancar satu arah dari menara radio ke radio penerima di rumah-rumah penduduk”
Radio penerima di rumah-rumah penduduk tidak bisa berkomunikasi dengan menara pemancar radio.
Dengan komunikasi simpleks (broadcast) seperti ini memang tidak diperlukan banyak pemancar dalam
satu kota. Yang dibutuhkan hanya daya pancar dengan sinyal yang bisa menembus sudut-sudut kota.
Sampai di sini masih ada kesamaan, bahkan standar GSM menyatakan bahwa pemancar radio GSM,
menara-menara BTS, harus bisa memancarkan sinyal sejauh 35 km; Inilah jarak maksimum coverage
yang bisa dicapai oleh 1 BTS GSM, jauh dari cukup untuk meng-cover satu kota. Hanya dengan satu
BTS ini saja seluruh kota bisa menerima sinyal dari satu operator tertentu.
Bedanya, sistem komunikasi radio GSM adalah dupleks penuh (full duplex):
“ komunikasi dua arah. BTS memancarkan sinyal broadcast, seperti stasiun radio FM, ke handphonehandphone
pelanggan. Sebaliknya handphone-handphone pelanggan juga bisa memancarkan sinyal
yang bisa dan harus diterima oleh BTS-BTS”
Baik BTS maupun handphone pelanggan memancar dengan kanal frekuensi yang terpisah sehingga
tidak terjadi delay atau interferensi. Kanal frekuensi yang dipakai oleh BTS untuk berkomunikasi dengan
handphone-handphone pelanggan dikenal dengan kanal fekuensi downlink sedangkan kanal frekuensi
yang dipakai oleh handphone untuk berkomunikasi dengan BTS disebut sebagai kanal frekuensi uplink.
Mengapa handphone pelanggan perlu berkomunikasi dengan BTS? Ingat, handphone dibuat bukan
hanya melihat apakah ada sinyal atau coverage saja, tetapi untuk tujuan utama yakni melakukan
percakapan.
Untuk memulai percakapan, handphone pelanggan harus meminta akses kepada BTS, yang selanjutnya
akan di-follow-up oleh BTS dengan menyediakan satu jalur khusus percakapan buat pelanggan yang
meminta akses percakapan tadi. Dengan teknologi analog, laiknya radio FM, satu kanal frekuensi hanya
bisa melayani satu akses/layanan saja.
Ada tiga akses/layanan yang berbeda:
1.broadcast (dari BTS ke handphone),
2.booking-an handphone ke BTS supaya disediakan akses kanal percakapan dan
3.akses kanal percakapan buat handphone yang disediakan oleh BTS setelah handphone melakukan
bookingan akses.
Dengan cara konvensional (analog), seharusnya ada 3 frekuensi yang harus dipancarkan untuk
mengakomodasi ke-3 bentuk layanan ini. Untungnya, dengan teknologi GSM (digital) satu kanal frekuensi
bisa dibagi lagi hingga 8 sub kanal, yang disebut time slot (TS). Pada contoh di atas, masih terdapat 5
sub kanal sisa yang dapat digunakan oleh 5 pelanggan lain untuk melakukan percakapan.
Kesimpulan:
Satu BTS, dengan satu unit radio TRX -satu kanal frekuensi dupleks-, akan menyediakan 8 time slot
untuk:
1. menyediakan sinyal coverage (1 TS),
2. mem-booking akses percakapan (1 TS) dan
3. menyediakan kanal percakapan (6 TS).
Note: BTS pada umumnya menggunakan konfigurasi 4×4x4, maka tiap sector di isi dengan 4 TRX ,
perhitungan bisa dilihat pada posting Perhitungan Kapasitas Sistem pada BTS
Kita bisa berasumsi bahwa maksimal hanya 6 pelanggan bisa melakukan percakapan secara bersamaan
dalam satu BTS (dengan satu sektor, satu TRX). Apabila satu kota tertentu hanya memiliki 1 BTS (3
sektor, 3 TRX), maka semua handphone di kota tersebut bisa mendapat sinyal tapi hanya maksimum 18
(6×3) pelanggan yang bisa melakukan percakapan dalam waktu yang bersamaan. Pelanggan berikut
yang ingin melakukan percakapan harus menunggu salah satu dari ke-18 ini selesai. Sangat jauh dari
cukup. Ini bisa dialami ketika mendadak di suatu tempat ada kejadian luar biasa yang menyebabkan
terkumpulnya sejumlah besar orang, misalnya ledakan bom, sehingga orang-orang ingin melakukan
panggilan secara bersamaan.
Jelas, akan sulit sekali melakukan maupun menerima panggilan telpon karena tidak seimbangnya jumlah
pelanggan dengan kapasitas yang bisa ditawarkan oleh 1 BTS (hanya 18 orang dalam waktu bersamaan).
Agar lebih banyak pelanggan yang bisa dilayani, otomatis harus lebih banyak BTS yang harus dibangun,
karena pelanggan bukan hanya ingin di tengah kota melihat ada coverage GSM saja tapi juga ingin
melakukan panggilan telepon.
Kebutuhan melakukan panggilan ini (dari handphone ke BTS) atau sebaliknya menerima panggilan (dari
BTS ke handphone) itulah yang membatasi kapasitas sehingga harus dibangun lebih banyak lagi BTS.
Jelas, semakin banyak jumlah pelanggan sebuah operator, maka akan semakin banyak pula jumlah BTS
yang harus dibangun. Komponen BTS dan Kapasitas Trafik Operator tidak membangun 1 BTS hanya
dengan 1 unit radio (TRX) pada BTS tersebut. Karena kapasitas berbanding lurus dengan jumlah TRX
yang tersedia maka, jika memungkinkan, operator akan menempatkan sebanyak-banyaknya TRX
(tergantung alokasi frekuensi operator) di BTS tersebut, sehingga akan melayani sebanyak mungkin
pelanggan. Ini cara yang pertama. Strategi berikutnya adalah dengan membuat sektorisasi BTS,
umumnya 3 sektor.
Masing-masing sektor akan ditempatkan dengan jumlah maksimum TRX. Dengan sektorisasi semacam
ini, cakupan coverage per sektor memang akan mengecil, terbatas pada sektor tersebut, tapi coveragenya
akan tetap sama, secara keseluruhan, jika ke-3 sektor digabung. Dengan sektorisasi, kapasitas trafik
yang bisa diakomodasi 1 BTS kini jauh bertambah karena ada jauh lebih banyak TRX yang bisa dipasang
namun ada yang dirugikan, jika sampai ada coverage yang hilang karena sektorisasi ini, meskipun
kapasitas trafik bertambah banyak. Bagaimana caranya melakukan sektorisasi sehingga tidak ada
coverage yang hilang (blank spot)?
Agar semua area di sekitar BTS bisa menerima coverage maka antena yang memancar harus sanggup
memancar 360 derajat, yaitu ke segala arah. Antena jenis ini disebut sebagai antena omni. Antena omni
dipasang pada BTS yang tidak membutuhkan sektorisasi. Untuk BTS dengan sektorisasi, derajat pancar
antena (horizontal beamwidth, HBW) harus diatur sehingga total jumlah derajat pancar dari setiap antena
sektor pada BTS itu paling kurang 360 derajat.
Jumlah maksimum TRX yang bisa terpasang pada setiap TRX tergantung alokasi frekuensi yang dimiliki
oleh operator. Perencanaan harus dilakukan sehingga frequency reuse dari TRX-TRX ini masih
menjamin kualitas minimum sinyal (co-channel dan adjacent channel interference) yang disyaratkan.
Operator dengan 37 kanal frekuensi, misalnya, paling tidak harus memberikan batas maksimum 4 TRX
pada setiap sektor atau total 12 TRX per BTS sehingga jaminan kualitas ini dapat dicapai. Trafik dan
Grade of Service (GOS) Ketika sejumlah pelanggan menduduki kanal trafik selama waktu tertentu maka
perhitungan trafik yang berlangsung karena percakapan ini dapat diukur. Satuan untuk mengukur trafik
percakapan disebut Erlang.
1 Erlang adalah jumlah trafik yang berlangsung ketika 1 pelanggan menduduki 1 kanal percakapan
selama 1 kurun waktu rujukan (detik, menit atau jam). Jika waktu rujukan adalah menit maka 1 Erlang
adalah ketika 1 pelanggan menduduki satu kanal percakapan (1 TS) selama 1 menit. Demikian juga, jika
waktu rujukan adalah jam maka 1 Erlang adalah ketika 1 pelanggan menduduki satu kanal percakapan (1
TS) selama 1 jam. Tapi biasanya yang dijadikan rujukan adalah trafik per jam. Perhitungan sederhananya
adalah sebagai berikut: katakanlah ada 50 pelanggan yang melakukan panggilan, dengan rata-rata
panggilan 5 menit pada satu BTS. Berapa Erlang-kah (per jam) trafik pada BTS tersebut? Kalikan 50
percakapan dengan 5 menit kemudian dibagi 60 (1 jam = 60 menit) hasilnya adalah 50*5/60 = 4.17
Erlang. Bisa disimpulkan pada BTS tersebut ada 4.17 pelanggan yang melakukan percakapan terus
menerus selama sejam. Perhatikan, memang ada 50 pelanggan yang melakukan percakapan tapi ratarata
percakapan hanya 5 menit padahal waktu rujukan kita adalah per jam. Sebelum membangun BTS di
suatu area tertentu, operator akan melakukan survey terhadap jumlah potensial pelanggan, sehingga
bisa dengan akurat memasang jumlah TRX pada masing-masing sektor BTS. Kenapa tidak saja
dipasang TRX sebanyak-banyaknya sekaligus? TRX yang berlebihan adalah pemborosan sumber daya,
baik CAPEX maupun OPEX.
Sebaliknya juga, operator tidak menginginkan TRX yang terpasang tidak mampu mengakomodasi jumlah
potensial pelanggan di suatu area tertentu. Bagaimana operator bisa seimbang dalam mengalokasikan
jumlah TRX? Prinsipnya, operator ingin memaksimalkan potensi kapasitas TRX yang dipasangnya. TRXTRX
lain dalam sektor BTS, masing-masing 8 TS, yang sepenuhnya dialokasikan untuk kanal
percakapan pelanggan bisa menampung 8 percakapan sekaligus. Ini potensi maksimal yang dimilikinya.
Kenyataannya TRX yang ada tidak setiap saat terisi penuh. Pada jam-jam tertentu kanal-kanal trafik lebih
banyak kosong, tetapi sebaliknya pula pada jam-jam tertentu jumlah pelanggan yang ingin mengakses
kanal trafik itu jauh lebih banyak dari kapasitas yang ditawarkan sehingga terjadi blocking. Selain itu,
pelanggan memulai dan mengakhiri percakapan tidak selalu bersamaan. Operator tidak hanya
memastikan berapa kapasitas TRX yang dibutuhkan pada keadaan trafik normal tetapi juga cukup
fleksibel untuk mengakomodasi lonjakan trafik pada jam-jam sibuk.
Untuk melakukan itu ada konsep yang dikenal sebagai Grade of Service (GOS) atau kelas layanan. GOS
menentukan berapa banyak potensial trafik pelanggan yang tidak bisa diakomodasi per seratus
pelanggan. Jika dikatakan GOS-nya adalah 2 % berarti akan ada 2 pelanggan yang ditolak pada setiap
100 panggilan selama 1 rujukan waktu.
Sekarang, contoh hitung-hitungan: berapa banyak jumlah TRX trafik (TCH) yang harus disediakan oleh
operator jika terdapat pontensi trafik 100 Erlang dengan GOS 5 %? Traffik 100 Erlang berarti akan ada
100 pelanggan yang menduduki kanal trafik (TS) di TRX TCH terus menerus selama sejam penuh, dan
akan ada 5 pelanggan potensial yang tidak bisa menduduki kanal trafik. Menghitungnya dapat memakai
rumus Erlang B yang sudah disediakan dalam bentuk tabel atau kalkulator Erlang B (ribet dengan rumus
manual). Pada contoh kita di atas, inputan datanya adalah 100 Erlang dan GOS 5 %: dengan
menggunakan tabel/kalkulator Erlang B, hasilnya operator harus menyediakan sebanyak 105 TS atau
kurang lebih 14 TRX TCH (105/8) untuk kebutuhan trafik ini (dengan asumsi menggunakan full rate). Jika
jumlah potensial pelanggan bertambah di atas 100 Erlang maka TRX harus ditambah, jika tidak akan
terjadi banyak blocking, khususnya pada jam-jam sibuk. Gambar 3: Erlang B Calculator. (Sumber:
http://www.erlang.com) Inilah alasan operator harus membangun lebih banyak BTS yakni untuk
mengakomodasi lebih banyak pelanggan, dan tentu saja meningkatkan revenue-nya. Logical Channel
Pada TRX GSM Tidak semua TS dalam TRX dapat digunakan sebagai kanal trafik percakapan
pelanggan (TCH). Ada TS yang harus dialokasikan sesuai dengan tugas masing-masing logical channel.
Logical channel TCH tentu saja berfungsi sebagai kanal untuk pelanggan melakukan percakapan. Melalui
logical channel ini operator mendapatkan revenue voice-nya. Selain itu, ada 2 logical channel lain yang
disebutkan sebelumnya dengan fungsinya:
1. Logical channel yang akan dipakai oleh BTS untuk menyediakan sinyal -logical channel ini disebut
sebagai Broadcast Control Channel atau BCCH-;
2. Logical channel yang akan dipakai oleh handphone untuk mendapatkan akses percakapan ke BTS –
logical channel ini disebut Random Access Channel atau (RACH).